Langsung ke konten utama

karakteristik, nilai-nilai dan modal dasar kewirausahaan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Kewirausahaan merupakan suatu profesi yang digeluti banyak orang. Seorang wirausahawan tidaklah secara sembarangan menekuni profesi ini, namun sebelum menekuni profesi ini ia harus memikirkan kembali apa yang hendak dicapai dalam profesinya. Pengetahuan tentang sikap mental, menjalankan usaha dan manajemen keuangan sangan dibutuhkan dalam mengelola suatu usaha, namun ada yang lebih penting dari itu semua untuk diketahui. Hal yang paling dasar untuk diketahui adalah Karakteristik seorang wirausahawan, nilai-nilai wirausahawan, sikap dan kepribadian wirausahawan, motif kewirausahawan dan modal dasar kewirausahawan. Kelima hal ini menjadi sangat penting untuk diketahui bagi mereka yang ingin menjdi seorang Wirausahawan.

 1.2      RUMUSAN MASALAH 
1. Bagaimana karakteristik kewirausahaan ?
2. Bagaimana nilai-nilai kewirausahaan?
3. Bagaimana sikap dan kepribadian kewirausahaan?
4. Apa saja motif kewirausahaan?
5. Apa saja modal dasar kewirausahaan?

1.3 TUJUAN PENULISAN
Untuk memahami karakteristik kewirausahaan, mengetahui nilai-nilai kewirausahaan, memahami sikap dan kepribadian kewirausahaan, mengetahui motif kewirausahaan dan mengetahui modal dasar kewirausahaan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Karakteristik Kewirausahaan
Karekteristik Wirausahawan menurut Bygraf
Wirausahawan (dalam bahasa Inggris : entrepreneur), merupakan orang yang berkecimpung atau melakukan suatu kegiatan wirausaha yang memiliki ciri-ciri pandai atau berbakat dalam mengenali suatu produk baru”. Selain itu sorang Wirausahawan memang harus cerdas membaca serta memanfaatkan peluang. Selain itu jika seseorang sudah membulatkan tekadnya untuk menjadi wirausahawan, sepenuhnya waktu dan perhatiannya hanya untuk memajukan bidang wirausaha apa yang akan didalaminya. Seorang wirausaha yang cerdas juga harus mempunyai jaringan relasi yang luas. Ramah tamah dan sopan santun menjadi menjadi modal utama yang harus dikembangkan untuk mempunyai relasi yang banyak. Belajar dari apapun yang dialami juga bisa membuat wirausahawan ini  mempunyai banyak pengetahuan dan tahan banting.
Kita menyadari memang setiap usaha yang dirintis oleh siapapun tidak akan lancar begitu saja. Namun jika seseorang sudah membulatkan tekadnya, walaupun dia bangkrut pasti akan ada jalan untuk bangkit. Seperti pepatah mengatakan “kita jangan menjadi telur, yang ketika dibanting akan pecah dan tercecer dimana serta membawa bau yang amis, namun hendaknya kita menjadi bola kasti, yang semakit kuat dibanting pantulannya juga semakin tinggi”. Disini dapat saya simpulkan, jika seorang wirausahawan ini mengalami kebangkrutan, maka ia harus bertekan untuk memulai lagi dengan daya yang lebih besar daripada yang pertama.
a.       Mimpi
Seorang pengusaha hendaknya memang harus punya mimpi, yang dimana ia harus mengejar mimpi tersebut. Dalam usahanya mengejar mimpi, ia harus semangat dan tekun. Dalam hal ini mimpi tersebut yang menjadi motivasi untuk menjadi seorang wirausahawan. Walaupun terkadang memang seseorang sangat sulit untuk mewujudkan mimpinya, namun ia harus meninggalkan pemikiran-pemikiran seperti ini. Hendaknya seseorang yang mengembangkan bakatnya dalam bidang wirausaha dia harus punya mimpi yang besar, bahkan semakin besar mimpi tersebut maka daya juangnyapun juga akan semakin besar untuk mewujudkan. Sebagai contoh, ada seorang ibu-ibu yang jualan mie ayam hanya seharga dua ribu rupiah demi menggapai mimpinya untuk mempunyai warung sendiri. disini ibu-ibu tersebut melakukan apapun demi meraih mimpi tersebut. 
b.      Ketegasan
Jika seorang wirausahawan ingin usahanya maju, maka ia harus punya prinsip. Dimana untuk menjaga prinsip tersebut ia harus punya ketegasan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk karyawannya. Dalam hal ini seseorang yang baru menginjakkan kakinya dalam bidang wirausaha, biasanya ia mudah tergoda dengan iming-iming pekerjaan yang lain dan cepat mendapatkan uang, maka dari itu dibutuhkan prinsip untuk menjaga tekad sebagai wirausahawan.
c.       Bertindak
Seorang wirausahawan harus jeli dalam melihat peluang dan segera bertindak. Tidak menunda-nunda pekerjaan adalah senjata yang paling ampuh untuk seorang wirausahawan. Jika seorang wirausahawan ketika sudah melihat peluang dan tidak segera bertindak, maka bisa dipastikan ia akan kalah saing dengan yang lain. Dengan kejelian untuk melihat peluang yang ada dan kecepatannya dalam bertindak maka ia akan dapat dengan mudah menjual produk-produk yang sudah dihasilkannya.
d.      Ketetapan hati atau kebulatan hati
Pada dasarnya ketetapan hati atau kebulatan hati dapat disebut juga dengan tekat dan hal juga perlu ditambah dengan adanya semangat dan kesabaran yang tinggi. Seorang wirausahawan sejati jauh dari kata mundur dan putus asa. Maka dari dibutuhkan tekat yang kuat. Dengan adanya semangat maka ia dapat menjaga tekatnya ketika ia lancar memasarkan produknya, tetapi jika produknya kurang diminati oleh konsumen makan ia masih punya senjata yaitu kesabaran dan terus melakukan evaluasi serta inovasi akan produk-produknya.
e.       Pengabdian
Pekerjaan wirausaha memang menyita seluruh perhatian kita, bahkan demi pekerjaannya seseorang bisa saja mengabaikan keluarga, atau bisa saja seseorang tetap bekerja dikala hari libur. Hal-hal semacam itu bisa disebut dengan pengabdian. Seorang wirausawan juga tidak terlepas dengan hal ini, jika permintaan pasar tinggi akan produknya maka ia akan berusaha sekuatnya untuk memenuhi permintaan pasar, biasanya jika ia bisa memenuhi permintaan pasar maka pelanggan tidak akan sepi. Sebagai konsekwensinya perhatian dan seluruh hidupnya hanya akan fokus terhadap pekerjaannya.
f.       Kecintaan dan Kesetiaan
Seorang wirausahawan harus mempunya kecintaan akan pekerjaannya. Jika ia mencintai pekerjaannya maka ia tidak akan mudah meninggalkan pekerjaannya itu. Karena ia mencintai pekerjaanya makan ia akan mempunyai kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut. Dengan demikian ia akan semat mengembangkan pekerjaannya tersebut.
g.      Terperinci
Seorang wirausahawan harus mempunya pemikiran yang terperinci, apalagi pekerjaannya juga menyangkut orang lain. Produk-produk yang dihasilkan dan kemudian dipasarkan membutuhkan perincian yang sangat detail dan bahkan jika produk tersebut harus dikirim maka juga perlu dipirkan ketepatan waktu. Hal ini tentunya akan menunjang pekerjaan wiausahayang sedang digelutinya.

h.      Nasib
Ada pepatah mengatakan “nasib baik dan nasib buruk, siapa yang tahu”. Yang dimaksu dalam pepatah tersebut adalah dimasa depan kita tidak pernah tahu bagaimana nasib kita. Namun ketika kita sudah melakukan yang terbaik tentunya kita mempunyai harapan yang baik, dengan demikian kita juga mempunya pikiran yang baik sehingga bisa membuat nasib kita menjadi baik pula. Seperti seorang wirausahawan yang seharusnya apapun ia kerjakan ia hanya memikirkan nasib baiknya saja, sehingga ia dapat terus memotivasi dirinya sendiri.
i.        Materi atau Uang
Pada dasarnya uang tidak dapat kita lepaskan dari kehidupan kita. Seseorang memilih pekerjaan sebagai wirausahawan pada akhirnya juga akan memperoleh uang. Semakin seseorang memiliki banyak uang maka ia akan lebih mudah melakukan hal-hal yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Kerja keras yang dilakukannyapun juga berujung ke pendapatan atau uang. Maka dari untuk sebagian orang yang dijadikan motivasi dalam bekerja adalah uang.
j.        Menyalurkan atau mendistribusikan
Sebagai seorang wirausahawan harus mempunyai siakap sopan dan santun, karena dengan mempunyai sikap ini ia akan mempunyai banyak teman dan relasi. Hal ini akan memudahkan kita untuk menawarkan dan medistribusikan produk-produk kita kepada mereka. Karena tanpa adanya relasi maka tidaklah mungkin kita bisa menyalurkan produk yang kita buat. Terkadang hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi seorang wirausahawan yang baru, karena tidak adanya relasi dan tidak berani rugi.

2.2 Nilai-nilai Kewirausahaan
Masing-masing karateristik kewirausahaan seperti yang telah dikemukakan memiliki makna-makna dan perangai tersendiri yang disebut nilai. Milton Rockeach membedakan konsep nilai menjadi dua yaitu: nilai sebagai sesuatu yang dimiliki seseorang dan nilai sebagai sesuatu yang berkaitan dengan objek.
Pandangan pertama nilai, manusia mempuyai nilai, yaitu sesuatu yang dijadikan ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Menurut sidharta poespadibrata waktak seseorang merupakan sekumpulan perangai yang tetap. Sekumpulan perangai yang tepat tersebut dapat di pandang sebagai sistem nilai (Milton Rockeach, 1973). Oleh karena itu, watak dan perangai yang melekat pada wirausahawan dan menjadi cirri-ciri wirausahawan dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan.
Nilai-nilai kewirausahawaan dapat dilihat dari perangai, watak, jiwa, prilaku dan ukuran baku. Secara prakmaktik (nilai prakmatik) nilai kewirausahaan dapat dilihat dari unsure-unsur sebagai berikut.
1.      memiliki perencanaan.
2.      Ada prestasi yang dicapai.
3.      Produktifitas.
4.      Memiliki kemampuan.
5.      Memiliki kecakapan.
6.      Kreativitasinovatif.
7.      Inovatif.
8.      Kualitas kerja.
9.      Kometmen.
10.  Kerja sama.
11.  Kesempatan.
12.  Kerja keras.
13.  Tegas.
14.  Mengutamakan prestasi.
15.  Keberanian megambil resiko.
16.  Kemampuan mencari peluang.
Selain nilai-nilai yang bersifat pragmatis, wirausahawan juga memiliki nilai-nilai moralistik (nilai moral), seperti tercermin pada ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Keyakinan atau kepercayaan diri.
2.      Kehormatan.
3.      Martabat pribadi.
4.      Kepercayaan.
5.      Kerja sama.
6.      Kejujuran.
7.      Keteladanan.
8.      Keutamaan.
9.      Ketaatan.
Penerapan masing-masing nilai sangat bergantung pada focus dan tujuan masing-masing wirausahawan. Dari beberapa nilai kewirausahaan tersebut, terdapat beberapa nilai hakiki penting dari kewirausahaan yaitu:
a.       percaya Diri
Kepercayaan diri adalah sikap dan keyakinan seseorang dalam melaksanakan dan meyelesaikan tugas-tugasnya. Kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme individualitas dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilannya.
b.      Berorientasi pada Tugas Dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekat kerja keras, mempuyai dorongan kuat, energik dan berinisiatif. Berinisiatif adalah keinginan untuk selalu mencari dan memulai sesuatu dengan tekat yang kuat.
c.       Keberanian mengambil Resiko 
Kemauan dan kemampuan untuk megambil resiko merupakan salah satu utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau megambil resiko akan sukar memulai dalam memulai atau berinisiatif.
d.      Kepemimpinan 
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia ingin selalu ingin tampil berbeda, menjadi yang pertama, dan lebih menonjol.  
e.       Berorientasi ke masa depan 
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan, selalu mencari peluang, tidak cepat puas dengan keberhasilan.
f.       Keorisinilan:kreatifitas dan inovasi
Nilai inovatif kretaif dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Yuyun Wirasasmita 1994: 7), dengan ciri ciri :
·   Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik.
·   Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.
·   Selalu ingin tampil beda atau memanfaatkan perbedaan.  
Kreativitas adalah kemampuan untuk melakukan pemikiran yang baru dan berbeda. Inovasi adalah kemampuan untuk melakukan tindakan yang baru dan berbeda. Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah teletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan persoalan dan meraih peluang. Ciri-ciri kepribadian kreatif terletak pada keterbukaan, kreatifitas, kepercayaan diri, kecakapan, kepuasan, rasa tanggung jawab dan penuh daya imajinasi.
2.3 Sikap dan Kepribadian Kewirausahaan
Alex inkeles dan David H. Smith (1974: 19-24) merupakan  Dua  Ahli  yang mengemukakan tentang kualitas dan siakap orang moderen.  Menurut Inkeles (1974: 24), kualitas manusia moderen tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam peroduksi moderen yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam kehidupan sosial. Sedangkan Kepribadian merupakan suatu keseluruhan cara di mana seseorang individu bereaksi serta berinteraksi dengan individu yang lainya. Keperibadian juga seringkali dideskripsikan dalam suatu istilah sifat yang bisa di ukur yang dapat ditunjukan oleh seseorang. Menurut para pakar-pakar, sehingga dapat disimpulkan bahwa keperibadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik ( pisikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks serta dinamis di dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga individu tersebut tampak dalam suatu tingkah lakunya yang unik serta berbeda dengan orang lain.
 Ciri-ciri sikap, nilai, dan prilaku orang moderen meliputi hal-hal sebagai berikut:
v Keterbukaan terhadap pengalaman baru.
v Selalu membaca perubahan sosial.
v Lebih realitis terhadap fakta dan pendapat.
v Berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang bukan pada masa lalu
v Berencana
v Percaya diri
v Memiliki aspirasi
v Berpendidikan dan mempunyai keahlian
v Respek.
v Hati-hati.
v Memahami peroduksi
Sedangkan menurut Harjsojo (1975: 5),  moderenisasi merupakan sikap yang menggambarkan hal-hal sebagai berikut:
1.      Keterebukaan bagi pembaruan dan perubahan
2.      Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis
3.      Orientasi pada masa kini dan masa depan
4.      Keyakinan terhadap kemampuan dirisendiri.
5.      Keyakinan terhadap kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6.      Anggapan bahwa keberhasilan merupakan hasil dari peroses.
Jadi kewirausahaan adalah suatu hal yang menckup sikap terbuka, bebas, pandangan yang luas, orientasi pada masa datang, perencanaan, yakini, sadar, dan hormat terhadap orang lain serta pendapatnya. Orang  yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan, dan perubahan sosial, misalnya dalam mengubah setandar hidup. Jadi seseorang yang terbuka terhadap sesuatu ide-ide baru merupakan wirausahawan yang inovatif dan kreatif. Wirausaha adalah keperibadian yang unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan sifat yang pantas untuk diteladani karna atas dasar kemampuanya dan keberanianya  yang dapat melahirkan suatu kariya-kariya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.
Seorang wirausahawan juga berperan dalam mencari suatu kombinasi-kobinasi yang baru yang merupakan gabungan dari lima peroses inovasi, seperti menemukan pasar yang baru, memperkenalkan barang-baeang (peroduk-produk baru) sumber penyediaan bahan mentah baru serta organisasi industri baru.
Dalam peusahaan, wirausahawan adalah seorang inisiator atau organisator penting. Menurut musselman (1989: 16), seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:
1.      Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan, dan menerima ide-ide baru.
2.      Keberanian untuk mengambil resiko, yaitu usaha untuk menimbang dan menerima resiko dalam mengambil keputusan dan menghadapi ketidak pastian.
3.      Kemampuan manajerial, yaitu usaha yang dilakukan untuk melakukan fungsi-fungsi manajemen, meliputi:
a)      Perencanaan;
b)      Koordinasi;
c)      Menjaga kelancaran usaha;
d)     Mengawasi dan mengevaluasi usaha.
4.      Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan mengarahkan tujuan usaha.
Sedangkan menurut L. Hawkins & Peter A. Turla (1986), berpendapat bahwa tingkah laku kewirausahaan tersebut tergambar dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut:
a.        Keperibadian aspek ini bisa di amati dari segi kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian menghadapi resiko, memiliki dorongan,dan kemauan kuat. Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antarpersonal, kepemimpinan, dan manajemen.
b.      Pemasaran meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga periklanan dan promosi.
c.       Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan, perencanaan, penjadualan dan pengaturan pribadi.
d.      Keuangan indikatornya adalah siakap dan cara mengatur uang.
Seorang wirausahawan memiliki tingkah laku yang tergambar dalam keperibadianya, dan mampu menjalin hubungan yang baik terhadap konsumennya serta mampu melihat peluang-peluang yang tepat untuk membangun usaha. Menurut David McClelland (1961: 205) terdapat enam ciri perilaku kewirausahaan, yakni:
1.      Keterampilan mengambil keputusan dan resiko yang moderen serta bukan atas kebetulan semata.
2.      Energi, khususnya dalam berbagai bentuk kegiatan inovatif.
3.      Memiliki sikap tanggung jawab individu.
4.      Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya, dengan tolak ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan.
5.      Mampu mengantisipasi berbagi kemungkinan pada mendatang.
6.      Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan kepemimpinan dan manajer.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, wirausaha merupakan suatu inovator dalam mengombinasikan sumber-sumber bahan, teknologi, metode produksi, akses pasar, dan bagian pasar baru (Schumpteter, 1934). Ibun soedjon (1993) mengemukakan  bahwa perilaku kereatif dan inovatif tersebut dinamakan “tindakan wirausahawan”, yang ciri-cirinya dijelaskan sebagai berikut.
1.      Selalu menamankan investasi terhadap resiko.
2.      Mandiri
3.      Bereaksi menciptakan nilai tambah.
4.      Selalu mencari peluang.
5.      Berorentasi kemasa depan.
Perilaku ini dipengaruhi oleh nilai-nilai keperibadian wirausahawan, yakni nilai-nilai keberanian menghadapi resiko, sikap positif, optimis, berani, mandiri, mampu memimipin, dan mau belajar dari pengalaman. Jadi seorang wirausaha yang berhasil atu gagal sangat dipengaruhi oleh berbagi faktor, baik eksternal maupun internal. Faktor internal yang paling mempengaruhi adalah kamauan, kemampuan, serta kelemahan, sedangkan faktor yang berhasil dari eksternal dari perlakuan adalah kesempatan atau sebuah peluang, Sujutu jahja (1977).
2.4 Motif Kewirausahaan
Motif prestasi merupakan salah satu faktor  minat wirausaha seseorang. Karena itu merupakan nilai sosial menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil yang baik. Guna mencapai kepuasan pribad (Gede Anggan Suhandana, 1980:55).
Maslow mengemukakan tentang hierarki kebutuhan yang mendasar di motivasi yaitu kebutuhan fisik, keamanan, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Lalu Clayton Alderfer mengklasifikasikan dalam 3 teori : eksistensi, kebergantungan dan pertumbuhan.
Eksistansi merupakan keperluan material yang harus diadakan seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan. Bergantungan merupakan suatu yang mempertahankan hubungan antar personal seperti kebutuhan sosial dan harga diri. Pertumbuhan merupakan kebutuhan untuk perkembangan personal seperti aktualisasi dan harga diri.
Ada beberapa Kebutuhan yang dikelompokkan oleh  David C. McClelland (1997) yaitu :    
1.    Kebutuhan berprestasi, indikatornya dorongan untuk lebih unggul, dorongan untuk memperoleh seperangkat standar, dorongan untuk meraih keberhasilan
2.    Kebutuhan kekuasaan, indikatornya terdiri atas kebutuhan untuk memengaruhi orang lain.
3.    Kebutuhan berafiliasi, indikatornya adanya hasrat untuk beteman, bersahabat, dan kebutuhan untuk berhubungan lebih dekat secara antarpersonal.
Dimana kebutuhan berprestasi wirausahawan (n’Ach)  membentuk suatu tindakan Untuk melakukan hal yang lebih baik dan efisien dibanding sebelumnya. Ada beberapa ciri wirausahawaan yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya:
a.       Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
b.      Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan
c.       Memiliki tanggung jawab personal tinggi
d.      Berani menghadapi resiko dengan dengan penuh perhitungan
e.       Menyukai dan melihat tantangan secara seimbang. Jika tugas yang diembannya sangat ringan, wirausahawan merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Stephen P. Robbins (1993: 214) mengemukakan bahwa Kebutuhan akan kekuasaan (n’Pow) merupakan suatu hasrat untuk mendoktrin, mengendalikan, dan menguasai orang lain. Sebagian  besar orang yang memiliki  rasa ini menyebabkan ciri orang yang senang bersaing, lebih banyak berorientasi pada status, dan ingin  mendoktrin atau mengelabuhi yang lain.
Kebutuhan untuk berafiliasi (n’Af) salah satu hastrat untuk disukai dan diterima oleh orang lain. Yang mana wirausahawan memiliki  motivasi yang berafiliasi tinggi sehingga lebih menyukai persaudaraan, lebih ke bekerjasama daripada bersaing, saling pengertian.  kebutuhan yang kedua maupun yang ketiga erat dengan kaitannya dengan keberhasilan manager saat ini.
Frederick Herzberg (1987) menyatakan bahwa hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya salah satunya yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan yang didapat. Ada dua faktor yaitu faktor membuat orang tersebut puas meliputi prestasi, pengakuan, pekerjaan, tanggung jawab, kemajuan dan perkembangan diri dan yang kedua membuat orang tersebut tida merasakan kepuasan dimana menginginkan upah , keamanan, kondiri kerja, status, mengikuti prosedur perusahaan, mutu pengendalian teknis serta mutu hubungan antarpersonal (Gibson: 1990:95)
            Victor Vrom (1964) mengemukakan bahwa kecenderungan yang kuat untuk bertindak dalam suatu arah bergantung  pada kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari tindakannya dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Ada 3 variabel yang saling berhubungan yaitu :
1.      Atthactiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan;
2.      Performance-reward linkage, yaitu hubungan antara imbalan yang diperoleh dan kinerja; dan
3.      Effeort performance linkage, yaitu hubungan antara kinerja yang dihasilkan. Ada 3 prinsip teori harapan, yaitu:
a.       P = f (M x A) Prestasi (performance‒P) adalah fungsi perkalian antara motivasi (motivation‒M) dan kemampuan (ability‒A)
b.      M = f (V1 x E) Motivasi merupakan fungsi perkalian dan valensi tingkat pertama (V1) dengan harapan (expectancy‒E)
c.       V2 = f (V1 x I) Valensi tingkat pertama merupakann fungsi perkalian antara jumlah valensi yang melekat pada perolehan tingkat kedua dengan instrumental (I).
Berdasarkan teori pada teori motivasi tersebut, timbul pertanyaaan mengapa orang berhasrat menjadi wirausahawan. Menurut Dun Steinhoff dam John F. Burgess (1993) terdapat tujuh ulasan yaitu :
1.      The desire for higher income (hasrat untuk memperoleh pendapatan yang tinggi)
2.      The desire for a more satisfying career (hasrat untuk memperoleh hasrat karier)
3.      The desire to be self-directed (hasrat untuk mengatur diri)
4.      The desire for the prestige thst comes to being a business owner (hasrat untuk mendapatkan prestise dari keberadaan bisnis miiknya)
5.      The desire to run with a new idea or concept (hasrat untuk mewijudkan ide dan konsep-konsep baru)
6.      The desire to build long-term wealth (hasrat untuk mengembangkan kekayaan jangka panjang)
7.      The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause (hasrat untuk berkontribusi terhadap kemanusiaan atau hal-hal khusus).
Alasan seorang menjadi wirausahawan meliputi alasan keuangan,alasan sosial,  alasan pelayanan dan alasan pemenuhan diri sendiri.
   Dalam Entrepeneur’s Handbook yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (1994), dikemukakan beberapa alasan mengapaseseorang menjadi wirausahawan, yaitu meliputi syarat-syarat yaitu :
1.      Alasan keuangan, untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan tambahan, dan sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2.      Alasan Sosial, untuk memperoleh gengsi/status, agar dapat dikenal dan dihormati, contoh bsgi orang yang dapat ditiru orang lain, dan agar dapat bertemu orang banyak
3.      Alasan Pelayanan, untuk membuka lapangan pekerjaan, menatar, dan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
4.      Alasan pemenuhan diri, untuk menjadi atasan/mandiri, menjcapai sesuatu yang diinginkan, menghindari kebergantungan pada orang lain, menjadi lebih produktif, dan menggunakan kemampuan pribadi.
Menurut Zimmerer (1996), terdapat beberapa peluang yang dapat diambil dari kewirausahaa, yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.      Peluang memperoleh kontrol atas kemampuan diri
2.      Peluang memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh
3.      Peluang memperoleh manfaat secara finansial
4.      Peluang berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-usaha seseorang.

2.5  Modal dasar Kewirausahaan  
Seseorang yang sudah berhasil menjadi seorang wiraushaan disebabkan memiliki kemampuan- kemampuan yang sangat tinggi dan pengetahuan yang memadai. Adapun kemauan tapi tidak memiliki kemampuan maka dalam hal itu sangat sulit untuk berkembang dan berhasil dalam bidang usaha yang akan dijalani. Sebaliknya, memiliki pengetahuan dan kemampuan, tetapi tidak di sertai dengan kemauan, maka tidak akan terwujut menjadi seorang kewirausahaan. Kemauan disini diartikan sebagai tekat atau niat yang sangat kuat dan motivasi yang sangat tinggi. Dengan adanya tekat, niat dan motivasi yang sangat tinggi, seseorang akan melakukan sesuatu yang diingikanya. Untuk menjadi wirausaha harus mempunyai tekat yang sangat kuat, dorongan yang sangat tinggi untuk berusaha melakukanya. Tekat, niat dan motivasi atau disebut kemauan ini merupakan modal utama yang harus ada pertama kali di dirinya.
Kemauan dan tekat saja sangat tidak cukup, tetapi juga harus dilengkapi dengan adanya suatu kemampuan ( keterampilan), sebab yang dihadapi adalah tantangan dan resiko. Tetapi apabila modalnya hanya nekat atau spekulatif tampa memiliki adanya suatu keterampilan untuk memperhitungkan resiko yang ada, maka yang akan di hadapi adalah sebuah kegagalan. Oleh karena itu, ada beberapa keterampilan kewirausahaan yang harus di miliki, diantaranya sebagai berikut:
1.      Keterampilan konseptual dan mengatur strategi dan memperhitungkan resiko.
2.      Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambahan.
3.      Keterampilan dalam memimpin dan mengelola
4.      Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi
5.      Keterampilan teknik usaha yang akan dilakukan.
Keterampilan untuk mengonsep adalah keterampilan yang merumuskan sesuatu yang belum ada atau sesuatu yang sudah ada sejak lama yang akan menjadi sesuatu yang baru dan berbeda. Mengonsep nilai tambahan, dan mengonsep kebaruan, kegunaan, atau keunggulan dan mengonsep apa yang akan dapat dipersaingakan. Keterampilan mengonsep pada hakikatnya meliputi hal- hal sebagai berikut:
1.      Bagaimana mengonsep sesuatu agar menjadi baru dan beda
2.      Bagaimana mengonsep nilai tambah baru
3.      Bagaimana mengonsep kegunaan baru
4.      Bagaimana mengonsep kebaruan barang dan jasa
5.      Bagaimana mengonsep keuggulan baru
6.      Bagaimana mengonsep cara- cara, metode, proses, dan strategi baru.
            Keterampilan kreatif adalah keterampilan berfikir untuk menghasilkan ide- ide baru, khayalan- khayalan baru, dan gagasan – gagasan baru untuk menghasilkan nilai tambah.
            Keterampilan memimpin dan mengelola adalah keterampilan untuk membuat perubahan- perubahan yang secara dinamis agar kelihatan lebih unggul dan terdepan, sedangkan keterampilan tekhnik adalah keterampilan khusus untuk menjalankan usaha, seperti keterampilan untuk mengelola dan mengombinasikan sumber daya , keterampilan untuk menghasilkan produk yang bagus.





BAB III
Penutup
Kesimpulan
            Wirausahawan adalah profesi yang menggiurkan, karena pada kenyataannya banyak wirausahawan yang sukses. Namun dibalik kesuksesan mereka ada kerja keras yang dilakukan setiap wirausahawan. Profesi ini membutuhkan pengetahuan yang banyak dan perencanaan yang matang. Selain itu hubungan sosial juga menunjang suksesnya seseorang menjadi wirausahawan. Pandai membaca peluang serta kecepatan dalam bertindak turut menjadikan penunjang bagi kesuksesan untuk menjadi seorang wirausahawan. Kita juga bukannya tidak mungkin menjadi seorang wirausahawan asalkan punya tekad dan pengetahuan yang luas untu menjalan profesi menjadi seorang wirausahawan.

Saran
Penulisan makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan guna memperbaiki tata cara kami menulis makalah yang akan datang. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membagi wawasannya kepada kami. Mohon maaf jika ada kesalahan baik yang disengaja atau tidak disengaja. Semoga penulisan makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca tentangKarakteristik, Nilai-Nilai dan Modal Dasar Kewirausahaan”. Selamat membaca dan menambah wawasan bersama.





DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com diakses 25 februari 2019  pukul 13:12 WIB
Mas Min. https://www.pelajaran.id/2016/01/10-karakteristik-wirausaha-menurut-bygrave-terlengkap.html. Diakses 24 februari 2019 Pukul 21.00 WIB
Suryana. 2013. Kewirausahaan kiat dan proses menuju sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Komentar